Oleh: Abdul Haris Mubarak
Di masa lalu, pendidikan tidak sekadar perihal buku dan bangku, tetapi perihal bakti dan adab. Anak-anak menimba ilmu kepada guru bukan hanya dengan telinga dan tangan yang menulis, tapi dengan hati yang tunduk dan tubuh yang mengabdi.
Di banyak desa, santri membersihkan pekarangan, menimba air, menanam padi, atau sekadar memijit kaki sang guru yang letih. Tak ada pamrih. Tak ada bayaran. Karena mereka tahu, ilmu tak hanya diturunkan lewat kata, tapi lewat restu. Pengabdian itu menjadi jembatan: antara ilmu yang terucap dan hikmah yang menetap.
Makna Hukuman di Masa Lalu: Antara Disiplin dan Kasih
Bukan rahasia bahwa di masa lalu, guru memegang rotan, bukan untuk menakut-nakuti, tapi sebagai isyarat bahwa setiap ilmu butuh kedisiplinan dan tanggung jawab. Pukulan ringan, jeweran, bahkan teguran keras, itu semua tidak dianggap kekerasan, melainkan bentuk kepedulian keras dari seorang guru kepada muridnya.
Yang dilatih adalah:
Batin yang tabah, agar kelak kuat menghadapi hidup.
-
Hormat kepada ilmu dan pengajarnya.
-
Keikhlasan dalam menimba pengetahuan, bukan sekadar mengejar nilai.
Guru-guru dahulu tak butuh sertifikasi tinggi atau gaji besar. Mereka digerakkan oleh panggilan jiwa. Dan murid-muridnya pun lahir sebagai generasi yang kokoh, meskipun kadang hanya belajar di surau kecil beralaskan tikar pandan.
Pendidikan Masa Kini: Kemajuan dan Tantangannya
Zaman telah berubah. Kini kita hidup dalam era digital, kelas virtual, dan sistem pendidikan yang semakin modern. Anak-anak punya akses luas terhadap ilmu, bahkan bisa belajar dari ujung dunia lewat layar kecil di tangan mereka.
Pendidikan menjadi lebih merata dan lebih canggih, Namun seringkali kita kehilangan ruh dari pendidikan itu sendiri. Guru terbatasi aturan, Murid kehilangan rasa hormat, Hubungan mereka menjadi formal dan transaksional. Nilai-nilai seperti kesabaran, kesungguhan, dan pengabdian, kini terdengar seperti kisah lama. Pendidikan modern mencetak banyak orang pintar, tapi belum tentu melahirkan orang berhikmah.
Memadukan Hikmah dan Kemajuan
Kita tidak bisa kembali sepenuhnya ke masa lalu, Namun kita juga tidak bisa terus melaju tanpa membawa kearifan dari belakang. sebagai catatan pentingnya, yang kita butuhkan dari pendidikan adalah:
- Yang berakar dan berpijar.
- Yang menyentuh pikiran sekaligus menumbuhkan jiwa.
- Yang memanfaatkan teknologi, namun tetap menjunjung adab.
- Yang menghormati hak anak, tapi tak kehilangan tegasnya pendidik.
Pendidikan terbaik adalah yang mengambil hikmah dari masa lalu dan kecanggihan dari masa kini. Maka mari kita ajarkan anak-anak kita untuk cerdas sekaligus rendah hati. Mencari ilmu bukan hanya untuk lulus ujian, tapi untuk lulus dari ujian kehidupan. Dan menjadikan guru bukan sekadar pengajar, tapi sumber berkah dan panutan. (Ahm)