Bulukumba, 21 April 2025. Hari Kartini bukan sekadar perayaan tahunan, melainkan momen reflektif untuk menggali semangat pembebasan dan kemajuan perempuan dalam sejarah bangsa. Raden Ajeng Kartini adalah simbol keberanian berpikir kritis di tengah belenggu tradisi yang mengekang perempuan. Melalui gagasannya yang dituangkan dalam surat-suratnya, Kartini mengajarkan kepada generasi muda, khususnya remaja putri dan pemudi, bahwa pendidikan dan pencerahan pikiran adalah jalan utama menuju perubahan dan kemajuan. Di TBM Rumah Nalar, semangat ini diterjemahkan sebagai dorongan untuk menjadi perempuan yang tidak hanya cakap membaca dan menulis, tetapi juga memiliki daya pikir strategis dan semangat belajar sepanjang hayat.
Remaja putri dan pemudi di lingkungan Rumah Nalar merupakan pilar penting dalam pembangunan sosial desa. Mereka tidak hanya dilihat sebagai penerus generasi, tetapi juga sebagai penggerak literasi, agen perubahan, dan penjaga nilai-nilai budaya yang progresif. Melalui kegiatan literasi, kelas pengembangan diri, dan diskusi publik yang difasilitasi TBM Rumah Nalar, mereka dibekali keterampilan berpikir kritis, empati sosial, serta kemampuan kerja kolaboratif yang adaptif dengan perkembangan zaman. Ini adalah bentuk kerja cerdas: bukan hanya bekerja keras, tetapi juga bijak dalam membaca situasi, menimbang pilihan, dan mengambil peran secara aktif dalam masyarakat.
Kartini pernah berkata, “Habis gelap terbitlah terang.” Kalimat ini menjadi simbol harapan bahwa keterbatasan bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjuangan. Remaja putri dan pemudi TBM Rumah Nalar hari ini, di tengah tantangan digital dan arus globalisasi, dapat menjadi penerus cahaya Kartini dengan membangun ekosistem berpikir yang sehat, melek informasi, dan berani menyuarakan ide. Dengan membaca dunia, mereka akan mampu menulis masa depan. Dengan belajar bersama, mereka akan mampu mengangkat harkat dan martabat desa melalui ide-ide segar dan solusi nyata.
Maka, spirit Hari Kartini di Rumah Nalar bukanlah sekadar mengenang masa lalu, melainkan menyalakan semangat untuk terus maju. Setiap perempuan muda yang terlibat adalah mata air perubahan yang meneteskan harapan, menyuburkan semangat gotong royong, dan menumbuhkan masa depan yang lebih setara. Di tangan mereka, harapan akan desa literat, cerdas, dan mandiri bukanlah mimpi, tapi kenyataan yang sedang ditumbuhkan hari demi hari. Kartini hidup dalam semangat mereka.